Naik Gunung Sumbing Memberikan Banyak Pembelajaran

Aku mau cerita sedikit tentang perjalananku kemarin ke cintaku Sumbing. Mungkin beberapa dari kalian tau aku sempet galau mau gunain liburku kemana, plan yang tadinya ke Gunung Kembang gagal karena urusan dadakan manusia yang tidak bisa dihindari.

Terus beralih ke Sumbing, udah fix jadi ehhhhh lahh dalah mereka kebanyakan alesan, ada yang harus ikut sepak bola final, ada yg pendataan warga, ada yg ngga acc libur blablabla aku KZL dong, yaudahh ngambek deh kubatalin aja sekalian semuanya. Akhirnya kupilih pulang ke rumah, setelah liat ayah dari pasienku, tiba2 jadi kangen rumah beserta isinya.

Pulang dengan cuma bawa daypack dan baju ganti, tanpa bawa peralatan mendaki karena niatku pure pulang doang. Ehhhh tiba2 yahhh, setelah baru menginjakkan tanah di Purwokerto, tiba2 ada yg DM begini : ngecamp Cibodas kuy. Hhmmm pengin kuteriakkan di kupingnya ‘kenapa kaga dari kemarin woooyyyyyy ngajaknyaaaa’ sumpah kezel bet.

Abis itu, ada lagi temen wasap ‘gimana sumbing jadi?’ Kenapa semuanya ngga ada yang passs. Karena aku ini ngga suka bikin kecewa orang yg ngajak, walaupun ngga bawa perlengkapan apapun kupaksain ikut dg minjem sana sini perlatan temen. Dan berangkatlah kita ke Sumbing karena ngga ada sandal gunung, maka belilah swallow sebagai gantinya, tapi cuma dipake buat atak itik di tenda kok, manjat sama turun tetep pake sepatu, karena aku bukan pendaki expert yg bisa naik turun cuma pake jepit.

Alhamdulillah hujannya pengertian banget, turunnya pas kita udah bikin tenda di pestan yg megah itu. Dannn sekalinya turun nggamau brenti, dari jam 6 sore sampe jam 6 pagi. Hujan dan angin kenceng, ya emang lagi musimnya si. Karena itulah kami ngga summit, dan ini pertama kalinya manjat tanpa puncak, dan aku biasa aja, ngga kesel sedih ataupun kecewa karena ngga ke puncak. Bukan bosan terhadap puncak, tapi tidak mau memaksakan kehendak alam dan kondisi yg tidak memungkinkan karena kami harus pulang cepat.

Sulitnya Pendakian Gunung Kilimanjaro Terbayar dengan Keindahannya

Tepat pukul 23:30 kami bergegas meninggalkan camp terakhir kami di Barafu untuk mendaki mengejar matahari terbit di puncak Uhuru. Dengan tubuh yang lelah setelah 6 hari mendaki sebelumnya, rasa kantuk amat amat berat mendekap, oksigen yg makin menipis di tempat tinggi dan tentunya hawa dingin yang menusuk tajam dengan suhu yg hampir mencapai -18 C, Itu semua menjadi malam yang ganas buatku.

Jujur, Menyerah sempat menjadi satu2nya pikiran yang bersahabat yang selalu muncul. Namun sesegera ku tersadar, ini bukan perkara mudah, namun, bagaimana mataku Mau untuk terus terbuka terjaga fokus, bagaimana kaki Mau untuk terus melangkah. Sampai kobaran api semangat yg menjilat2 bergelora mampu meng-KO hawa dingin. Menyerah pun berhasil ku injak remuk oleh kaki ku, tergilas habis, remuk, remuk, remuk. Mampus kau!

Ketika memasuki Shira Cave Camp di hari kedua, selepas Machame Camp, kami menemui zona kedua di pendakian Kilimanjaro kemarin, Moorland Zone, yang ditandai dengan mulai pendek dan keringnya tanaman-tanaman yang tersebar di hamparan savanna dan diantara tebing-tebing batu. Suhu mulai turun drastis, dan para porter mulai bernyanyi untuk menghangatkan suasana. Golden!

Ego dan rasa lelah pun sukses ku hantam. Lebam, tak berdaya.
Karena ku yakin, jamuan mewah menanti diatas sana hanya tuk yg berjiwa bertahan. Pole-Pole, yang artinya pelan-pelan, membawaku terus berjalan pelan-pelan dan bangkit.

Bendera merah putih yang selalu kubawa dalam tasku ini pun akhirnya berkibar tepat di pukul 08:00 di puncak Uhuru Kilimanjaro, atap afrika, titik tertinggi benua Afrika, 5895 mdpl. Gelora Indonesia Raya langsung kukumandangkan usai bersujud syukur, sebagai persembahanku di hari jadi negeriku.

Merdeka lah selalu untuk bisa menaklukkan diri sendiri. Merdeka untuk belajar, bergagasan dan tentunya Merdeka untuk terus berpetualang.
Jayalah selalu negeriku, Jayalah selalu Nusantara!

Selalu penuhi perjalanan dengan keyakinan dan doa. Baik itu ketika mendaki gunung maupun saat turun gunung. Karena tujuan utama mendaki adalah kembali turun dan pulang dengan selamat serta sehat. Membawa energi inspirasi yang baru.