Keterampilan menentukan kapan harus take profit sama pentingnya dengan keterampilan memilih dan membeli saham.
Dasar dari take profit adalah kondisi pasar yang tidak efisien, sehingga pasti ada momen optimis berlebihan dan pesimis berlebihan. Jadi kita bisa memanfaatkan siklus tersebut.
Berikut adalah cara saya menetukan kapan harus take profit dan strateginya agar cuan yang diperoleh semakin maksimal.
1. Selalu Take Profit Bertahap
Saya selalu take profit secara bertahap sesuai jumlah lot yang dimiliki. Saya tidak pernah menjualnya sekaligus. Meskipun keesokan harinya harga saham turun kembali.
Karena saya percaya ketika harga saham sudah naik tembus harga wajar, seringkali harga sahamnya akan mampu naik lebih tinggi lagi. Ketika itu terjadi, saya masih memiliki banyak saham untuk dijual.
2. Jual Ketika Tembus Harga Wajar
Cara termudah menentukan kapan harus mulai take profit adalah dengan melihat harga wajar. Ketika tembus harga wajar, waktunya mulai take profit.
Ada banyak cara menentukan harga wajar. Saya pribadi menggunakan dividend yield. Ketika harga saham naik hingga dividend yield turun di bawah 3%, saya mulai take profit.
3. Take Profit Saham Kinerja Naik
Saya tetap take profit pada saham berkinerja naik apabila saya rasa kenaikan harga saham lebih tinggi dibandingkan kenaikan kinerjanya. Dana tersebut saya alihkan ke saham yang masih undervalue.
Jika misalnya harga wajar saat ini Rp 3.000 dan karena kinerjanya naik maka estimasi harga wajar tahun depan Rp 3.500. Ketika tembus harga wajar Rp 3.000, saya akan take profit bertahap hingga setengah lot yang saya miliki. Saya biarkan saja saham tersebut hingga tembus harga wajar Rp 3.500. Ketika tembus baru saya jual bertahap hingga habis.
4. Manfaatkan Momentum ARA
Ketika saham mengalami ARA (Auto Reject Atas), saya akan take profit sebagian meskipun masih di harga wajar. Ketika besoknya ARA lagi, saya take profit lagi. Ketika besoknya ternyata tidak ARA, saya berhenti take profit apabila masih di harga wajar.
Saya tetap take profit meski di harga setelah ARA masih wajar karena saya percaya saham ARA adalah pergerakan tidak wajar, sehingga seringkali diikuti ARB. Jadi kalau benar ARB, saya sudah untung karena sempat menjual dan bisa beli lagi di harga lebih murah. Kalau ARA lagi, saya masih punya banyak saham. Nothing to lose.